Pesan Terakhir Almarhum Tjahjo Kumolo pada Para Honorer: Tidak Ada Penghapusan, yang Ada Penataan Kembali...
BEBERAPA hari sebelum dikabarkan sakit dan meninggal Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo menegaskan tidak ada penghapusan honorer, yang ada adalah penataan ulang. Kalimat bijaksana dari seorang birokrat itu tidak ada yang menyangka merupakan kalimat terakhir dalam kehidupannya. Ia pub meninggal dunia di RS Abdi Waluyo usai menjalani perawatan intensif sejak beberapa hari yang lalu. Tjahjo Kumolo lahir di Solo pada 1 Desember 1957. Tjahjo adalah seorang politikus yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan pernah mengisi kursi di DPR pada periode 2009-2014 dengan wilayah pemilihan Jawa Tengah I. Polemik Penghapusan Honorer, MenPAN-RB: Pemda Jangan Salah Kaprah, Tak Ada Pemberhentian Secara Massal, yang Benar Penataan Kembali Enam Periode Jadi Anggota DPR RI, Tjahjo Kumolo Pimpin Kementerian PANRB Sebelum dipilih menjadi Menteri Dalam Negeri dan kemudian Menpan RB di Kabinet Kerja Jokowi, Tjahjo aktif di partainya bahkan sempat menjadi Ketua Fraksi PDIP di DPR juga dipilih Megawati sebagai Sekretaris Jenderal DPP Partai periode 2010-2015. Meski lahir di Solo, Tjahjo Kumolo kemudian menuntut ilmu sejak Sekolah Dasar (SD) hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di Semarang. Sebelum berlabuh menjadi politikus partai bergambar banteng ini, Tjahjo telah memasuki dunia politik jauh-jauh hari. Diketahui Tjahjo pernah menjabat sebagai Ketua KNPI dan terdaftar menjadi anggota partai Golongan Karya (Golkar). Innalillahi, Menteri Tjahjo Kumolo Dikabarkan Meninggal Dunia Jenazah Menpan-RB Tjahjo Kumolo Dikebumikan Secara Militer di TMP Kalibata Bahkan ia telah terdaftar menjadi anggota dewan sejak bergabung dengan Golkar di tahun 1987, sebelum pada akhirnya masuk PDIP pada 1998. Alumnus fakultas hukum Universitas Diponegoro ini pernah menjabat sebagai ketua Fraksi PDI-P di DPR saat menjadi anggota dewan. Sebagai menteri Tjahjo Kumolo kerap dinilai sebagai salah satu menteri dengan kualitas kerja yang baik, salah satunya hasil riset Lembaga Klimatologi Politik (LKP) yang mencatat 7 nama menteri berkinerja terbaik selama setahun pemerintahan Jokowi. Tjahjo Kumolo, dikatakannya mampu menerapkan aturan-aturan yang baik di lingkungan kementerian. Khusus menjelang pilkada, langkah-langkah yang telah dilakukan Tjahjo juga dianggap bagus, mengingat Kementerian Dalam Negeri bersama dengan Kementerian PAN-RB sedang mengampanyekan gerakan netralitas pegawai negeri sipil (PNS) menghadapi pilkada serentak. Saat ulang tahunnya yang ke-58, Tjahjo Kumolo menerbitkan buku 'Politik Hukum Pilkada Serentak'. Buku karya Tjahjo itu dilaunching di Gedung Sasana Bhakti Praja, Kemendagri, Jakarta. ‎ Buku ini secara khusus membicarakan Pilkada serentak. Di mana pesta demokrasi bersama-sama itu akan dimulai pada 9 Desember 2015. "Detik-detik menjelang 9 Desember 2015 segera tiba. Kita harus fokus ke hari yang amat penting dan menentukan itu," ujar Tjahjo dalam sebuah kesempatan di tahun 2015). Menurut Tjahjo, semua pihak harus bertanggung jawab atas keberhasilan Pilkada serentak ini. Semua pihak harus menjamin bahwa suksesi politik ini berjalan demokratis, partisipatif, damai. Sehingga mampu menghasilkan pemimpin yang mengakar, berkualitas, dan berintegritas‎. H. Tjahjo Kumolo, S.H. adalah seorang politisi Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Kabinet Indonesia Maju dari Oktober 2019 hingga akhir hayatnya. Dalam kiprah politiknya, ia pernah menjadi kader Golongan Karya pada masa Orde Baru dan pada akhirnya bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tjahjo sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia yang menjabat dari 27 Oktober 2014 hingga 20 Oktober 2019 pada Kabinet Kerja. Ia juga merupakan salah seorang politikus Indonesia, dan terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) periode 2009–2014 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan wilayah pemilihan Jawa Tengah I dan sekaligus menjadi Ketua Fraksi PDI-P di DPR RI dan juga menjadi anggota Komisi I yang membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi di DPR RI. Tjahjo Kumolo secara mengejutkan dipilih oleh Megawati Soekarnoputri sebagai Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan periode 2010-2015 yang pada periode sebelumnya duduk sebagai Ketua DPP Bidang Politik PDI-P. Tjahjo Kumolo sebelumnya juga pernah tercatat sebagai Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan anggota Partai Golongan Karya (Golkar). Tjahjo Kumolo meninggal dunia di Jakarta pada 1 Juli 2022 setelah dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta Pusat. Tjahjo lahir di Surakarta 1 Desember 1957. Ia bersekolah selama 12 tahun di kota besar Semarang dan tinggal di kelurahan Mlatiharjo di sisi timur kota. Ayahnya, Bambang Soebandiono, adalah seorang letnan di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.[13] Ayah dan ibunya Toeti Slemoon pernah duduk di Dewan Perwakilan Rakyat, yang pertama menjabat selama lima periode. Setelah lulus SMA, ia belajar hukum di Universitas Diponegoro, lulus pada tahun 1985. Selama periode ini, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Tengah. Ia juga belajar di Lembaga Ketahanan Nasional pada tahun 1994. Sebelum menjabat di KNPI, ia pernah bekerja sebagai reporter sebuah surat kabar harian di Jawa Tengah. Tjahjo pertama kali menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1985, yang mengharuskannya pindah ke Jakarta. Awalnya ia adalah anggota Golongan Karya (Golkar), dan pernah bekerja di komisi II dan III parlemen selain di Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP). Menyusul jatuhnya Soeharto, ia pindah ke PDI-P dan terpilih kembali menjadi anggota parlemen pada 1999. Dalam periode ini, ia menjabat sebagai wakil ketua fraksi hingga 2002, disusul sekretaris fraksi hingga 2003. Dia mencalonkan diri lagi pada pemilihan umum 2004 dan tetap di parlemen, kali ini sebagai ketua Fraksi PDI-P hingga pemilihan umum 2009, ketika dia sekali lagi mengamankan kursinya. Ia juga dipilih sebagai Sekretaris Jenderal PDI-P pada tahun 2010 oleh pemimpin partai Megawati Soekarnoputri.[17] Nantinya, posisi ketua fraksinya akan diambil pada 2012 oleh Puan Maharani dan posisi sekretaris jenderalnya pada 2015 oleh Hasto Kristiyanto. Menyusul kemenangan pemilihan Joko Widodo atas Prabowo Subianto pada 2014, ia dipilih sebagai Menteri Dalam Negeri di Kabinet Kerja dan secara resmi dilantik pada 27 Oktober 2014. Selama tuduhan penistaan ​​terhadap Basuki Tjahaja Purnama pada tahun 2017, Tjahjo menolak untuk menskors Gubernur DKI Jakarta keturunan Tionghoa-Indonesia itu.[21] Kemudian pada tahun yang sama, ia membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia. "Mohon penegasan, kalau Pak MenPAN-RB tidak mau membahas revisi UU ASN, apakah RUU tersebut dihapus dalam Prolegnas (program legislasi nasional)" kata Arif Wibowo, Rabu 24 Maret 2021. Pentolan Honorer K2 Mengaku Sedih dan Hatinya Hancur Setelah Mendengar Pernyataan Menpan-RB Tjahjo Kumolo meminta pemerintah terbuka saja menjawab apakah mau membahas atau tidak. Pasalnya, revisi UU ASN sudah beberapa kali masuk dalam Prolegnas tetapi tidak kunjung dibahas. Menanggapi itu, Tjahjo Kumolo menyatakan, sejak awal sudah menolak bila revisi UU ASN hanya untuk membahas masalah honorer. Menurut Tjahjo, masalah honorer cukup diselesaikan dalam peraturan pemerintah (PP). "Saya hanya mau membahas satu poin dari lima poin yang diajukan DPR karena empat poin lainnya domain pemerintah," tegas Tjahjo. Ia juga menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan daftar inventarisasi masalah (DIM) tetapi khusus tentang keberadaan KASN. Di luar itu, pemerintah tidak akan mau memasukkannya dalam DIM. Tjahjo menikah dengan dr. Hj. Erni Guntarti dan dikaruniai tiga orang anak. Istri dan anak pertamanya adalah dokter, dengan anak keduanya bekerja sebagai aktris dan anak ketiga sebagai pramugari.[16] Ia meninggal dunia setelah dirawat selama dua minggu di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta Pusat pada 1 Juli 2022. Penyebab kematiannya terungkap karena kegagalan multiorgan yang disebabkan oleh asthenia, infeksi paru-paru, diabetes, dan asam urat yang dideritanya. Informasi tentang empat penyakit yang dideritanya tidak diketahui publik sebelum kematiannya. (berbagai sumber)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: